China rilis film dokumenter yang menggambarkan sifat brutal serangan teroris Xinjiang

BERITA - BEIJING. Pada Jumat pekan lalu, pemerintah China merilis sebuah film dokumenter berbahasa Inggris yang menggambarkan sifat brutal melalui serangan teroris mendampingi upaya tanpa henti yang dilakukan oleh penbermukim sealam kepada mengatasi terorisme dalam Daerah Otonomi Xinjiang Uyghur dalam China Barat Laut.
Melansir People's Daily, film dokumenter yang ditampilkan belum pernah dilihat sebelumnya secara langsung dari serangan berdarah dan kesaksian para sasaran. China mengklaim, film ini mengungkap kebetulan yang mengganggu antara balik apa yang disebut kebebasan beragama dan hak asasi manusia yang telah diadvokasi sejumlah negara Barat.
Film yang berjudul "Tianshan: Still Standing - Memories of Fighting Terrorism in Xinjiang", merupakan episode ketiga jauh didalam seri CGTN tentang upaya anti-terorisme Xinjiang. Dua episode terutama telah menarik berlimpah perhatian publik, menerima jutaan pandangan atas memicu perdebatan dekat platform media sosial dekat seluruh dunia.
Trauma nan melekat
Bagaimana cerita yang diangkat dalam film terbilang?
Mengutip People's Daily, film dokumenter adapun dirilis akan hari Jumat memberikan informasi kepada para penonton tentang ancaman keamanan paling langsung China - terorisme. Film ini agak menampilkan kesaksian ketimbang pihak kepolisian dan korban jumlah serangan teroris adapun menceritakan trauma mereka adapun masih belum sembuh, bahkan sampai puluhan tahun lantas.
Banyak anggota tim SWAT telah mengorbankan bernyawa mereka untuk melindungi yang tidak bersalah ekstra dalam pertempuran melawan terorisme, meninggalkan orang-orang yang mereka cintai bergobar hati atas kehilangan orang yang mereka kasihi.
Film ini pun menunjukkan bagaimana perawakan Xudaberdi Toxti, seorang polisi yang memerangi ETIM atas Kabupaten Zepu, disiksa beserta dibunuh dengan para teroris atas depan keluarganya 20 tahun yang lalu. Kenangan brutal telah menghantui putri Toxi, Peridem, seumur berjiwanya, bahkan memaksanya untuk meninggalkan rumah keluarga tua beserta pindah ke kota untuk melarikan orang dari kenangan yang menyakitkan.
"Pemimpin mereka berteriak, 'Potong tangannya, potong kakinya'. Ayah saya dipotong beserta lebih melalui 30 tebasan di tubuhnya, maka tubuhnya hancur berkeping-keping,” demikian kesaksian budak wanita Toxti.
Murat Sheripjan, wakil direktur jenderal Departemen Keamanan Umum Hotan, berbicara tentang pengalamannya semasa bertahun-tahun memerangi terorisme, menyebutnya jadi "perjuangan menyala beserta wafat."
Bahkan para pemimpin agama telah dibunuh secara brutal karena teroris atas nama "kebebasan beragama". Pada 30 Juli 2014, Jume Tayir, pemimpin agama Masjid Id Kah hadapan Kashgar, diretas tenggat soak karena teroris. Memet June, yang mengambil alih daripada ayahnya maka merupakan Imam anyar Masjid Id Kah, mengatakan bahwa teroris telah menyalahgunakan "kebebasan beragama" menurut mencapai tujuan tercela mereka menurut memisahkan diri daripada Tiongkok.
“Islam ialah agama akan mempromosikan solidaritas berikut perdamaian. Secara khas menentang merugikan ketumbuhan akan tidak bercela. Beginilah cara para pensadis memutarbalikkan ajaran Islam,” kaperbincangan.
Tangan hitam
Tangan hitam hadapan balik serangan teroris ini sama dengan Gerakan Islam Turkestan Timur (ETIM). People's Daily menguraikan, berdasarkan pemikiran radikal selanjutnya ekstrim hadapan balik "Pan-Turkisme" selanjutnya "Pan-Islamisme," ETIM telah digunakan oleh pacintan separatis untuk mencoba selanjutnya menciptakan apa yang disebut negara merdeka "Turkistan Timur" untuk memisahkan Xinjiang ketimbang China.
Pada tahun 2002, Dewan Keamanan PBB menetapkan ETIM bagai organisasi teroris, selagi rekening bank anggota ETIM dibekukan maka aset disita.
ETIM dikabarkan didirikan oleh Helen Mexsum, seorang pria atas Kashgar di Xinjiang, di tahun 1997. ETIM mengklaim bertanggung tanggapan atas serangkaian serangan di kurang lebih kota China, termeruyup pemboman mobil Lapangan Tiananmen di 2013 di Beijing, selanjutnya serangan teroris di Kunming Stasiun Kereta Api di Provinsi Yunnan di 2014.
Pada Desember 2003, Departemen Keamanan Publik China melarang ETIM. Ini adalah pertama kalinya pemerintah China secara resmi mengakui bahwa kelompok teroris beroperasi hadapan kedalam negeri.
ETIM adalah bagian mengenai jaringan teroris internasional akan tidak sekadar menargetkan China. Serangan 30 April di Urumqi atas 2014 sangat mirip beserta pemboman teroris 22 Maret di Brussels atas 2016, di mana pemboman bunuh diri terkoordinasi dilakukan di pusat transportasi, menewaskan lebih mengenai 30 orang. ISIL mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.