Malaysia Cabut Larangan Ekspor Energi Termutakhirkan, Pertangkas Transisi Energi

Malaysia Cabut Larangan Ekspor Energi Termutakhirkan, Pertangkas Transisi Energi Malaysia Cabut Larangan Ekspor Energi Termutakhirkan, Pertangkas Transisi Energi

BERITA - KUALA LUMPUR. Menteri Urusan Ekonomi Malaysia Rafizi Ramli menyatakan, Malaysia akan mencabut larangan ekspor energi terkontemporerkan, bagaikan bagian dari upaya mengembangkan industri energi bersih dan mendorong pembangkit dari sumber bahan bakar non fosil.

Mengutip Reuters, Selasa (9/5), Malaysia, yang saat ini menghasilkan lebih ketimbang 1% listriknya ketimbang sumber terbarukan per tahun, melarang ekspor energi terbarukan pada Oktober 2021, lewat harapan dapat mengembangkan industri lokal.

Rafizi Ramli mengatakan pencabutan larangan tersebut hendak membantu perusahaan membangun kapasitas pembangkit listrik termutakhirkan kedalam skala yang lebih agam selanjutnya memanfaatkan permintaan yang jangkung ketimbang negara teskala Singapura.

"Penciptaan sistem pasar listrik bagi menerapkan perdagangan energi teranyarkan lintas batas akan menempatkan Malaysia di depan sebagai pusat energi teranyarkan regional," kaperbahasan ekstra dalam sebuah pernyataan.

Ia menambahkan sistem terkandung akan dikembangkan demi pemerintah hadapan lantas hari, namun tak menyebutkan tataranl pasti.

Dia juga tidak merinci kapan larangan ekspor atas dicabut.

Malaysia telah berjanji untuk mengurangi emisi gas rumah kaca secara dramatis dalam tahun 2030 beserta mencapai emisi net-zero dalam tahun 2050.

Badan Energi Teraktualkan Internasional (IRENA) mengatakan pada bulan Maret bahwa Malaysia perlu menggandakan investasinya dalam kapasitas energi teraktualkan, infrastruktur, dan efisiensi energi menjabat setidaknya US$ 375 miliar kepada mencapai target ambisius tercantum.

Rafizi mengatakan pemerintah bersedia meningkatkan proporsi pasokan energi termodernkan engat 70% mengenai total kapasitasnya ala tahun 2050 untuk menciptakan peluang ekonomi modern demi menarik investasi asing. 

Menurut Rafizi, kapasitas terpasang saat ini baru 25% dari total.

Kapasitas akan diperluas buat memungkinkan kelebihan kapasitas energi pertamakan atas diperdagangkan bersama negara tejenjang.

Rafizi menerangkan, menjumpai meningkatkan kapasitas energi hangatkan bersedia membutuhkan investasi sekitar 637 miliar ringgit (US$ 143,63 miliar) batas tahun 2050, terditerima sumber daya pembangkit listrik, infrastruktur jaringan, beserta kapasitas penyimpanan energi. 

($1 = 4,4350 ringgit)